Jumat, 05 Juni 2015

Wisata Kawah Sileri


Kalau ada yang tanya tentang kawah terluas di kawasan Dieng maka jawabannya adalah kawasah Sileri, yang terletak di Desa Kepakisan atau berada ditengah perjalanan dari Kepakisan menuju pemandian air panas Bitingan. Kawah Sileri merupakan kawah yang paling aktif dan pernah meletus beberapa kali yang sempat tercatat adalah tahun 1944, 1964, 1984, 2003, 2009. Kondisi Kawah sileri saat ini sangat aman untuk dikunjungi, dan menjadi jujugan wisatawan yang ingin melihat fenomena alam Dieng dari dekat.
Kawah dengan luas sekitar 4 ha ini lokasinya dapat ditempuh sekitar 15 menit dari poros Dieng dengan jarak 7 Km , sepanjang perjalanan akan kita jumpai banyak asap karena disekitar desa yang dilewati merupakan pengeboran untuk kepentingan Pembangkit Listrik tenaga Uap ( PLTU ) di tengah jalan menuju lokasi akan kita temui tugu yang cukup tinggi dengan tulisan grafir tentang kejadian bencana pada masa lalu yang pernah terjadi di kawasan Dieng, tidak berapa lama kemudian kita akan sampai di lokasi kawah yang terletak disebelah bawah jalan menuju pemandian air panas Bitingan.
Turun dari kendaraan, yang akan kita rasakan adalah kesejukan udara Dieng yang terasa agak kering, bagi yang ingin mendekat ke bibir kawah telah disediakan tangga dari beton yang berjejer membelah ladang penduduk, kemudian akan sampai pada gazebo yang dibangun oleh pemerintah untuk kenyamanan pengunjung. Bagi yang ingin lebih dekat lagi juga masih bisa menuruni sedikit jalan dan foto – foto dilokasi ini sangat dahsyat dengan background asap tebal putih yang mengepung kita.
Pemandangan dari gazebo yang akan kita saksikan adalah kawah yang terus mengepulkan asap dengan latar perbukitan dan ladang penduduk yang ditanami sayuran.kondisi disini cukup aman untuk dikunjungi akan tetapi bagi yang kurang tahan dengan bau belerang sangat perlu mengenakan masker penutup hidung.
Nama Sileri berasal dari bahasa jawa yaitu Leri atau air sisa cucian beras, air kawah yang terlihat berwarna silver dan mengalir kesungai dolog inilah yang akhirnya diberi nama Leri atau sileri, dipaskan dengan warna air yang terlihat kotor seperti leri.

Sumber : http://diengplateau.com/obyek-wisata/kawah-sileri

Wisata Telaga Pengilon


Bersebelahan dengan telaga warna, telaga pengilon menjadi pemoles keindahan kawasan Taman Wisata Alam ini, lokasinya berada diatas desa jojogan akan tetapi lebih mudah dijangkau melalui desa Dieng, untuk menikmati keindahan telaga ini, pengunjung dapat masuk melalui pintu gerbang yang sama dengan ketika masuk telaga warna, dengan mengambil jalan yang ke kiri dan mengikuti jalan setapak nantinya pengunjung akan lebih leluasa mengeksplorasi telaga pengilon secara utuh.
Telaga dengan air yang sangat jernih/ bening dan dapat digunakan sebagai cermin, nama pengilon merupakan bahasa Jawa yang artinya Cermin, tempat untuk melakukan introspeksi diri, tempat untuk  melihat kedalam lubuk hati terdalam seorang manusia, tempat yang dapat menunjukkan keaslian diri seorang manusia, paling tidak itulah keyakinan yang berkembang dan dipercaya sampai sekarang, dengan bercermin di telaga pengilon kita akan melihat kecantikan/ keelokan wajah kita apabila kita memiliki hati yang bersih dan sebaliknya apabila kita belum memiliki hati yang bersih maka pantulan dari air tersebut akan menunjukkan wajah yang kurang elok/cantik.
Lokasi telaga pengilon dikelilingi bukit dengan tumbuhan pepohonan endemik yaitu akasia, tidak begitu jauh dari lokasi sudah berbatasan dengan lahan-lahan subur milik petani setempat tapi terbatasi oleh hutan yang cukup lebat, para pendaki yang sudah pulang dari Gunung Prau atau dari Gunung Sikunir yang memiliki waktu cukup luang biasanya akan istirahat kembali di lokasi ini dengan mendirikan tenda di sisi timur telaga, suasananya sangat nyaman jauh dari keramaian dan dapat menikmati pemandangan ikan-ikan kecil yang berenang  kesana kemari di telaga yang jernih ini.
Untuk mencapai lokasi tersembunyi ini dapat ditempuh melewati dua jalur yaitu jalur desa Jojogan yang cukup menanjak dan melewati jalur Dieng /pintu masuk telaga warna.  Dengan waktu tempuh dari masing- masing jalur sekitar 30 menit.
Kejernihan air dan lokasi yang berada didalam cekungan dengan benteng-benteng perbukitan inilah barangkali yang membuat hewan endemik itik gunung/ mliwis (Pasifik Black Duck) menjadi sangat kerasan berada di sini, jenis burung berdiameter sekitar 55 cm dengan tanda strip hitam dikepala ini masih dapat dengan mudah dijumpai di telaga warna maupun telaga pengilon. Saat terbang ,sayap bawah yang berwarna putih terlihat sangat kontras dengan bulu gelapnya ,keberadaan fauna endemik seperti ini memang sudah sangat jarang kita jumpai dan telaga pengilon sampai saat ini masih menjadi salah satu tempat untuk hidup bagi fauna ini selain Telaga Merdada, Telaga Cebong, Telaga Sedringo maupun Telaga Semurup.

Sumber : http://diengplateau.com/obyek-wisata/telaga-pengilon

Telaga Warna Dieng


Di kawasan wisata Dieng, terdapat sebuah telaga yang menyuguhkan fenomena alam yang begitu indah, yakni pergantian warna air dari telaga tersebut. Inilah Telaga Warna Dieng, sebuah landmark memikat yang dapat Anda temui di Kabupaten Wonosobo. Anda dapat menyusuri tepian telaga ini, juga terdapat balkon kecil sebagai tempat duduk bersantai menikmati keindahan alam yang ada di sana.
Jika Anda tertarik menyaksikan keindahan Telaga Warna Dieng secara utuh, Anda dapat mendaki ke puncak bukit yang memagari telaga tersebut. Di ketinggian itu, Anda akan menjumpai keindahan telaga dengan warna-warni yang begitu menawan hati, dengan gradasi warna yang memikat.
Air di telaga ini terkadang berwarna hijau dan kuning atau berwarna warni seperti pelangi. Hal ini  terjadi karena di dalam air tersebut terdapat kandungan sulfur cukup tinggi sehingga ketika sinar matahari mengenainya, maka warna air telaga nampak berwarna warni. Di bagian tengah telaga ini,

Kawah Sikidang


Asal usul nama kawah yang satu ini masih menjadi sebuah pertanyaan bagi masyarakat lokal dieng sendiri karena ada beberapa versi cerita yang menyebutkan sejarah kawah sikidang dari sisi mitos atau legenda di tengah masyarakat dieng.
Satu legenda yang populer di kalangan pengunjung atau wisatawan yang datang di area kawah terbesar yaitu munculnya kepundan kawah yang di sebabkan oleh tokoh fiksi seorang raja yang gagal meminang putri cantik karena tertimbun di dalam sumur yang di lakukan oleh pasukan sang putri untuk membunuhnya. Sehingga bagi penduduk lokal sendiri justru bertolak belakang dengan cerita legenda tersebut.
Sejarah kawah sikidang yang terbentuk ribuaan tahun silam ( pra sejarah ) dan membentuk kepundan di area kawah hingga kini masih menunjukkan aktifitasnya baik berupa solfatara maupun fumarola.

Nama kawah terunik di dataran tinggi dieng seperti sikidang masih di hubungkan dengan karakter kepundan kawah yang sering berpindah tempat . Namun ada juga yang berpendapat bahwa di area tersebut juga banyak di temukan satwa liar ( kijang ) karena di daerah pegunungan pangonan juga terdapat padang rumput yang di perkirakan sebagai habitat hewan kijang di masa lalu.

Terlepas dari semua itu, ternyata di area kawah sikidang dieng kita ( pengunjung ) bisa merasakan aroma khas seperti belerang dan tidak sedikit yang memanfaatkan sebagai terapi sauna alam atau mandi lumpur ( spa ). Objek wisata alam kawah sikidang bisa di tempuh dengan berjalan kaki ( 300 m) dari area parkir kendaraan. ayo yang gemar berwisata trekking bisa datang ke objek wisata yang satu ini.

Pesona Alam Dieng

Wisata Dieng adalah salah satu pesona alam paling memikat yang ada di Wonosobo, Jawa Tengah. Terletak 30 km dari pusat kota Wonosobo, berada di antara perbatasan Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo, tempat wisata Dieng disebut juga sebagai tempat persemayaman para dewa dewi.
Nama Dieng berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu  “Di” yang artinya tempat yang tinggi dan “Hyang” yang artinya tempat para dewa dewi.
Masyarakat lokal menyebut tempat wisata di Wonosobo paling terkenal ini sebagai sebuah wilayah yang begitu indah dengan karakteristik suasana spritual yang kental.
Di kawasan wisata Dieng, terdapat banyak candi kuno dan berukuran kecil, semuanya terhampar di dataran tinggi gunung api tersebut. Candi-candi tersebut bercorak Hindu, memiliki arsitektur yang unik dan indah.
Dataran tinggi Dieng terhampar di ketinggian 2.093 m dpl, membuatnya memiliki udara yang begitu sejuk dengan selimut kabut tebal yang menutupinya. Suhu rata-rata di tempat ini adalah 15 – 20 celcius. Panorama indah yang menakjubkan inilah yang membuat Dataran Tinggi Dieng diyakini sebagian kalangan sebagai tempat persemayaman dewa dewi.