Meski butuh iklim khusus, tanaman buah Carica ini
sebenarnya mudah ditanam dan dipelihara. Umurnya bisa sampai 20 tahun
lebih. Buahnya manis dan bisa diolah menjadi sirup atau manisan yang
berdaya jual tinggi.
Pernahkah Anda mendengar atau melihat buah Carica? Bila belum,
mungkin komentar Anda akan sama seperti jawaban Nurhayati (39), seorang
ibu rumah tangga yang tinggal di Bekasi, saat Info PDN mencoba bertanya
kepadanya untuk mengecek sejauh mana buah ini dikenal oleh rakyat
Indonesia.
“Itu buah apa, Mas? Saya baru dengar,” ujar ibu tersebut. Ya,
mungkin Anda termasuk orang yang belum pernah melihat, atau mendengar
sekalipun soal buah ini. Padahal, buah sejenis pepaya ini sudah
dibudidayakan secara massal di Wonosobo sejak tahun 1980-an lalu.
Bahkan, saat ini produk-produk hasil olahan dari buahnya, seperti sirup
dan manisan Carica, sudah mulai ramai menyapa sejumlah supermarket dan
minimarket di ibukota dan beberapa kota besar di Indonesia.
Buah yang bernama latin Carica Pubescens atau Carica Candamarcensis ini
adalah berasal dari keluarga pepaya. Bentuknya hampir sama, meski agak
sedikit tambun dan lebih kecil. Warnanya juga kehijau-hijauan bila masih
muda, dan kekuning-kuningan bila sudah matang. Yang beda, buah carica
tidak bisa langsung dimakan seperti pepaya, tapi harus diolah dulu
dengan proses khusus. Sebab, dagingnya mengandung banyak getah, sehingga
agak pahit dan bisa membuat tenggorokan gatal.
Meski demikian, bila sudah diolah, buah carica ini menawarkan banyak
kenikmatan. Untuk bijinya, rasanya sangat manis dan bahkan tak perlu
diolah, alias bisa langsung disesap. Namun, kalau mau diolah menjadi
syrup akan terasa lebih segar lagi. Adapun dagingnya, akan lebih lezat,
segar dan manis daripada buah pepaya bila sudah menjadi manisan.
Soal pengembangbiakan, tanaman Carica sebenarnya mudah sekali
dibudidayakan. Penanaman dan pemeliharaannya tak sulit. Namun, buah yang
juga dikenal dengan Mountain Papaya ini memang hanya mau
tumbuh di tempat tinggi (sekitar 1.750 s/d 2000 m di atas permukaan
laut) yang memiliki temperatur cukup dingin dan banyak hujan. Ini jelas
beda dari buah pepaya yang malah memerlukan banyak panas dan matahari.
Di Indonesia, sampai saat ini, memang baru daerah dataran tinggi
Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, yang terbukti potensial dan cocok untuk
menanam buah Carica ini. Sentranya adalah di Desa Sembungan, Kecamatan
Dieng. Di desa yang kono merupakan desa tertinggi di Jawa Tengah ini
hampir semua warganya menanam buah Carica. Setiap petani rata-rata
memiliki 3000 pohon carica dengan luas lahan sekitar setengah hektar.
Dari jumlah pohon itu, sekali panen bisa menghasilkan 4-5 kuintal buah.
Memang, belum ada penelitian yang berhasil menelusuri asal usul
tanaman buah Carica ini masuk ke Indonesia, apalagi ke Dieng. Ada yang
bilang, tanaman yang kabarnya berasal dari Mexico ini pertama kali di
bawa dan ditanam di pegunungan Dieng oleh seorang ahli pertanian dari
Australia. Adalagi yang yakin bahwa tanaman ini sudah ada sejak berpuluh
tahun yang lalu.
Terlepas dari itu semua, yang pasti tanaman ini baru mulai
dimanfaatkan di Wonosobo sejak tahun 1980-an. Dan belakangan, Pemkab
Wonosobo pun berani mendeklarasikan buah yang akrab disebut Gandul Dieng oleh warga setempat ini sebagai buah khas Wonosobo.
Fakta di atas tidak menutup kemungkinan bahwa buah ini juga bisa
dikembangkan di daerah-daerah lain. Apalagi, di Indonesia ini banyak
sekali daerah berdataran tinggi. Upaya untuk itu perlu dilakukan.
Pasalnya, selain produk-produk olahannya bernilai ekonomi tinggi,
tanaman buah ini juga tak sulit ditanam bila sudah mendapatkan tempat
dan iklim yang cocok.
Kata orang Dieng, menanam Carica itu seperti menanam singkong.
Tinggal ditancapkan ke tanah sudah bisa tumbuh sendiri tanpa perlu
memberi pupuk atau menyiramnya dengan air secara teratur dan berkala.
Memang, kalau mau hasil yang bagus bisa juga diberi pupuk kompos atau
pupuk organic setiap 6-12 bulan sekali.
Para petani di Dieng umumnya menanam buah Carica ini di pematang
kebun mereka, sebagai penambah penghasilan atau untuk sekedar konsumsi
sendiri saja. Musim panen buah ini biasanya di bulan juni – Juli, atau
menjelang musim kemarau. Dari setiap pohon carica itu, berdasarkan
pengalaman petani Dieng bisa menghasilkan sekitar 10-20 Kg buah.
Banyak khasiat dan laku diekspor
Oleh masyarakat Wonosobo, buah ini juga dijuluki “si buah rudal”.
Pasalnya, bentuknya seperti rudal; memiliki lima sudut memanjang dari
pangkal ke ujung. Adapun panjang rata-rata satu buah Carica adalah
sekitar 7-15 cm dan diameter 3-8 cm.
Selain bentuknya unik, rasanya segar dan nikmat bila sudah diolah,
ternyata buah ini juga mengandung banyak khasiat bagi kesehatan. Di
sejumlah negara, buah ini dipercaya bisa menyembuhkan banyak penyakit,
seperti arthiris, reumatik, dan memperlancar BAB. Bahkan, di
Filipina dan Mexico buah ini sudah diolah menjadi obat untuk penyakit
asma dan infeksi pernapasan; di Australia untuk penyakit kanker; di
Honduras, Panama, dan Trinidad untuk penyakit konstipasi dan laksatif;
di Afrika biasa digunakan untuk penyembuhan penyakit sipilis; sedang di
Ghana dan Nigeria, carica bermanfaat untuk penyakit tumor.
Karena besar khasiat dan manfaatnya itulah permintaan terhadap buah
carica ini cukup besar, terutama untuk ekspor. Menurut Disperindag
Wonosobo, permintaan buah carica dari Timur Tengah saja bisa mencapai 2
kontainer setiap minggunya. Peluang ini masih belum bisa dipenuhi oleh
Wonosobo dikarenakan keterbatasan lahan. Dengan demikian, perlu adanya
tenaga-tenaga kreatif yang berani mencoba mengembangkan dan
membudidayakan tanaman buah ini daerah-daerah lain yang setype dengan
dataran tinggi Dieng.
Untuk diketahui, harga carica di Wonosobo saat ini berkisar Rp 4.500
hingga Rp 5.000/kg. Dan biasanya, tanaman ini berbuah dan bisa dipanen 2
kali dalam seminggu setelah setahun ditanam. Nah, coba hitung berapa
pendapatan yang akan Anda peroleh dengan budidaya ini? Luar biasa bukan?
Segarnya Keuntungan Dari Produk Olahan Carica
Selain berkhasiat, buah carica ternyata memiliki sensasi rasa yang
eksotik bila sudah diproses menjadi sirup, manisan, dodol dan wajik.
Nah, di daerah Wonosobo saat ini terdapat sekitar 20 produsen rumahan,
yang khusus mengolah buah carica menjadi sirup atau manisan. “Rata-rata
para produsen di sini, mampu memproduksi hingga 1000 botol sirup carica
tiap harinya,” ujar Andre Soesatyo, pemilik Golden Carica saat
diwawancarai via telepon, Rabu (8/8/2012) lalu.
Meski begitu, kata dia, jumlah itu tetap saja masih belum dapat
memenuhi permintaan konsumen. Kurangnya supply buah carica dari
petani-petani sekitar, menjadi kendala sendiri bagi Andre dan produsen
rumahan lainnya. Saat ini, dalam sehari Andre biasa membeli 80 kg hingga
100 kg buah carica masak dari petani.
Dari segi harga, sirup/manisan buah carica ini tidak lah terlalu
mahal. Cukup dengan uang Rp 10.000-Rp 15.000, Anda sudah dapat meneguk
segarnya sirup carica. Selain itu menurut Andre, pesanan sirup carica
pun banyak datang dari daerah lain semisal, Surabaya, Malang,
Jogyakarta, dan bali. Biasanya harga 1 botol sirup carica bisa mencapai
Rp 25.000 di daerah tersebut. “Rasanya enak dan segar, mungkin itu yang
membuat sirup carica ini semakin banyak diincar pembeli,” imbuhnya.
Dalam proses pembuatan hingga menjadi sirup/manisan carica, harus
melalui beberapa tahapan. “Prosesnya cukup panjang, dari mulai
pengupasan sampai dengan pembuatan sirup buahnya. Apa lagi buah ini
banyak getahnya, jadi harus berkali-kali dibersihkan,” tutur pengusaha
mudah yang saat ini masih menimba ilmu di Universitas Sains Al-Qur’an,
Wonosobo, Jawa Tengah ini.
Sirup buah carica pun terkenal mampu bertahan lama, tentu saja
tergantung dengan kemasannya. Buah carica yang dikemas dalam botol
terbukti mampu bertahan hingga 2 tahun. Sedangkan apabila dikemas dalam cup, sirup dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya. Tentu saja, dengan catatan kemasan tersebut tidak rusak.
Ke depannya, Andre mengharapkan bahwa pertumbuhan volume komoditi
buah carica ini akan semakin berkembang. Hal ini menurut Andre didasari
karena selain memiliki nilai ekonomi, buah carica juga dapat mengurangi
erosi atau kerusakan pada lahan di dataran tinggi Dieng. Sebagai bukti,
terdapat 30 ribu lebih tanaman carica yang sudah mulai banyak ditanam di
Desa Karang Tengah, Kecamatan Batur Wonosobo. Selain itu, di beberapa
daerah seperti Malang dan Jogjakarta tanaman carica sudah mulai
dikembangkan. Ini adalah sebuah peluang. Manisnya budidaya dan bisnis
buah carica telah menyapa kita, maka siapkah kita menyambutnya?
Sumber : http://ditjenpdn.kemendag.go.id