Kamis, 11 Desember 2014

Asal Dari Manisan Carica Khas Dataran Dieng

Meski butuh iklim khusus, tanaman buah Carica ini sebenarnya mudah ditanam dan dipelihara. Umurnya bisa sampai 20 tahun lebih. Buahnya manis dan  bisa diolah menjadi sirup atau manisan yang berdaya jual tinggi.
Pernahkah Anda mendengar atau melihat buah Carica? Bila belum, mungkin komentar Anda akan sama seperti jawaban Nurhayati (39), seorang ibu rumah tangga yang tinggal di  Bekasi, saat Info PDN mencoba bertanya kepadanya untuk mengecek sejauh mana buah ini dikenal oleh rakyat Indonesia.
“Itu buah apa, Mas? Saya baru dengar,” ujar  ibu tersebut. Ya, mungkin Anda termasuk orang yang belum pernah melihat, atau mendengar sekalipun soal buah ini. Padahal, buah sejenis pepaya ini sudah dibudidayakan secara massal di Wonosobo sejak tahun 1980-an lalu. Bahkan, saat ini produk-produk hasil olahan dari buahnya, seperti sirup dan manisan Carica, sudah mulai ramai menyapa sejumlah supermarket dan minimarket di ibukota dan beberapa kota besar di Indonesia.
Buah yang bernama latin Carica Pubescens atau Carica Candamarcensis ini adalah berasal dari keluarga pepaya. Bentuknya hampir sama, meski agak sedikit tambun dan lebih kecil. Warnanya juga kehijau-hijauan bila masih muda, dan kekuning-kuningan bila sudah matang. Yang beda, buah carica tidak bisa langsung dimakan seperti pepaya, tapi harus diolah dulu dengan proses khusus. Sebab, dagingnya mengandung banyak getah, sehingga agak pahit dan bisa membuat tenggorokan gatal.
Meski demikian, bila sudah diolah,  buah carica ini menawarkan banyak kenikmatan. Untuk bijinya, rasanya sangat manis dan bahkan tak perlu diolah, alias bisa langsung disesap. Namun, kalau mau diolah menjadi syrup akan terasa lebih segar lagi. Adapun dagingnya,  akan lebih lezat, segar dan manis daripada buah pepaya bila sudah menjadi manisan.
Soal pengembangbiakan, tanaman Carica sebenarnya mudah sekali dibudidayakan. Penanaman dan pemeliharaannya tak sulit. Namun, buah yang juga dikenal dengan Mountain Papaya ini memang hanya mau tumbuh di tempat tinggi (sekitar 1.750 s/d 2000 m di atas permukaan laut) yang memiliki temperatur cukup dingin dan banyak hujan.  Ini jelas beda dari buah pepaya yang malah memerlukan banyak panas dan matahari.
Di Indonesia, sampai saat ini, memang baru daerah dataran tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, yang terbukti  potensial dan cocok untuk menanam buah Carica ini.  Sentranya adalah di Desa Sembungan, Kecamatan Dieng. Di desa yang kono merupakan desa tertinggi di Jawa Tengah ini hampir semua warganya menanam buah Carica. Setiap petani rata-rata memiliki 3000 pohon carica dengan luas lahan sekitar setengah hektar. Dari jumlah pohon itu, sekali panen bisa  menghasilkan 4-5 kuintal buah.
Memang, belum ada penelitian yang berhasil menelusuri asal usul tanaman buah Carica ini masuk ke Indonesia, apalagi ke Dieng. Ada yang bilang, tanaman yang kabarnya berasal dari Mexico ini pertama kali di bawa dan ditanam di pegunungan Dieng oleh seorang ahli pertanian dari Australia. Adalagi yang yakin bahwa tanaman ini sudah ada sejak berpuluh tahun yang lalu.
Terlepas dari itu semua, yang pasti tanaman ini baru mulai  dimanfaatkan di Wonosobo sejak tahun 1980-an. Dan belakangan, Pemkab Wonosobo pun berani mendeklarasikan buah yang akrab disebut Gandul Dieng oleh warga setempat ini sebagai buah khas Wonosobo.
Fakta di atas tidak menutup kemungkinan bahwa buah ini juga bisa dikembangkan di daerah-daerah lain. Apalagi, di Indonesia ini banyak sekali daerah berdataran tinggi. Upaya untuk itu perlu dilakukan. Pasalnya, selain produk-produk olahannya bernilai ekonomi tinggi, tanaman buah ini juga tak sulit ditanam bila sudah mendapatkan tempat dan iklim yang cocok.
Kata orang Dieng, menanam Carica itu seperti menanam singkong. Tinggal ditancapkan ke tanah sudah bisa tumbuh sendiri tanpa perlu memberi pupuk atau menyiramnya dengan air secara teratur dan berkala. Memang, kalau mau hasil yang bagus bisa juga diberi pupuk kompos atau pupuk organic setiap 6-12 bulan sekali.
Para petani di Dieng umumnya menanam buah Carica ini  di pematang kebun mereka, sebagai penambah penghasilan atau untuk sekedar konsumsi sendiri saja. Musim panen buah ini biasanya di bulan juni – Juli,  atau menjelang musim kemarau. Dari setiap pohon carica itu, berdasarkan pengalaman petani Dieng bisa menghasilkan sekitar 10-20 Kg buah.
Banyak khasiat dan laku diekspor
Oleh masyarakat Wonosobo, buah ini juga dijuluki “si buah rudal”. Pasalnya, bentuknya seperti rudal; memiliki lima sudut memanjang dari pangkal ke ujung. Adapun panjang rata-rata satu buah Carica adalah sekitar 7-15 cm dan diameter 3-8 cm.
Selain bentuknya unik, rasanya  segar dan nikmat bila sudah diolah, ternyata buah ini juga mengandung banyak khasiat bagi kesehatan. Di sejumlah negara, buah ini dipercaya bisa menyembuhkan banyak penyakit, seperti arthiris, reumatik, dan memperlancar BAB. Bahkan, di Filipina dan Mexico buah ini sudah diolah menjadi obat untuk penyakit asma dan infeksi pernapasan; di Australia untuk penyakit kanker; di Honduras, Panama, dan Trinidad untuk penyakit konstipasi dan laksatif; di Afrika biasa digunakan untuk penyembuhan penyakit sipilis; sedang di Ghana dan Nigeria, carica bermanfaat untuk penyakit tumor.
Karena besar khasiat dan manfaatnya itulah permintaan terhadap buah carica ini cukup besar, terutama untuk ekspor.  Menurut Disperindag Wonosobo, permintaan buah carica dari  Timur Tengah saja bisa mencapai 2 kontainer setiap minggunya. Peluang ini masih belum bisa dipenuhi oleh Wonosobo dikarenakan keterbatasan lahan. Dengan demikian, perlu adanya tenaga-tenaga kreatif yang berani mencoba mengembangkan dan membudidayakan tanaman buah ini daerah-daerah lain yang setype dengan dataran tinggi Dieng.
Untuk diketahui, harga carica di Wonosobo saat ini berkisar Rp 4.500 hingga Rp 5.000/kg. Dan biasanya, tanaman ini berbuah dan bisa dipanen 2 kali dalam seminggu setelah setahun ditanam. Nah, coba hitung berapa pendapatan yang akan Anda peroleh dengan budidaya ini? Luar biasa bukan?
Segarnya Keuntungan Dari Produk Olahan Carica
Selain berkhasiat, buah carica ternyata memiliki sensasi rasa yang eksotik bila sudah diproses menjadi sirup, manisan,  dodol dan wajik. Nah, di daerah Wonosobo saat ini terdapat sekitar 20  produsen rumahan, yang khusus mengolah buah carica menjadi sirup atau manisan. “Rata-rata para produsen di sini, mampu memproduksi hingga 1000 botol sirup carica tiap harinya,” ujar Andre Soesatyo, pemilik Golden Carica saat diwawancarai via telepon, Rabu (8/8/2012) lalu.
Meski begitu, kata dia, jumlah itu tetap saja masih belum dapat memenuhi permintaan konsumen. Kurangnya supply buah carica dari petani-petani sekitar, menjadi kendala sendiri bagi Andre dan produsen rumahan lainnya. Saat ini, dalam sehari Andre biasa membeli 80 kg hingga 100 kg buah carica masak dari petani.
Dari segi harga, sirup/manisan buah carica ini tidak lah terlalu mahal. Cukup dengan uang Rp 10.000-Rp 15.000, Anda sudah dapat meneguk segarnya sirup carica. Selain itu menurut Andre, pesanan sirup carica pun banyak datang dari daerah lain semisal, Surabaya, Malang, Jogyakarta, dan bali. Biasanya harga 1 botol sirup carica bisa mencapai Rp 25.000 di daerah tersebut. “Rasanya enak dan segar, mungkin itu yang membuat sirup carica ini semakin banyak diincar pembeli,” imbuhnya.
Dalam proses pembuatan hingga menjadi sirup/manisan carica, harus melalui beberapa tahapan. “Prosesnya cukup panjang, dari mulai pengupasan sampai dengan pembuatan sirup buahnya.  Apa lagi buah ini banyak getahnya, jadi harus berkali-kali dibersihkan,” tutur pengusaha mudah yang saat ini masih menimba ilmu di Universitas Sains Al-Qur’an, Wonosobo, Jawa Tengah ini.
Sirup buah carica pun terkenal mampu bertahan lama, tentu saja tergantung dengan kemasannya. Buah carica yang dikemas dalam botol terbukti mampu bertahan hingga 2 tahun. Sedangkan apabila dikemas dalam cup, sirup dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya. Tentu saja, dengan catatan kemasan tersebut tidak rusak.
Ke depannya, Andre mengharapkan bahwa pertumbuhan volume komoditi buah carica ini akan semakin berkembang. Hal ini menurut Andre didasari karena selain memiliki nilai ekonomi, buah carica juga dapat mengurangi erosi atau kerusakan pada lahan di dataran tinggi Dieng. Sebagai bukti, terdapat 30 ribu lebih tanaman carica yang sudah mulai banyak ditanam di Desa Karang Tengah, Kecamatan Batur Wonosobo. Selain itu, di beberapa daerah seperti Malang dan Jogjakarta tanaman carica sudah mulai dikembangkan. Ini adalah sebuah peluang. Manisnya budidaya dan bisnis buah carica telah menyapa kita, maka siapkah kita menyambutnya?

Sumber : http://ditjenpdn.kemendag.go.id

0 komentar:

Posting Komentar