Selasa, 09 Desember 2014

Liburan ke Dieng, Wajib Coba Manisan Carica

detikTravel Community -  Apabila Anda liburan ke Dieng kali ini, wajib coba buah carica. Buah khas Dieng ini bisa Anda makan langsung atau dibeli untuk oleh-oleh. Rasanya bikin nagih!

Sekilas, tak ada yang istimewa dari tanaman yang berjejer disepanjang tepian jalan yang kita lewati saat berwisata di Dieng, sebuah dataran tinggi yang wilayahnya masuk dua kabupaten sekaligus, yakni kabupaten Banjarnegara dan Wonsosobo, sama-sama di Jawa Tengah.

Pohon pepaya, mungkin itulah jawaban yang langsung kita utarakan bila ada orang yang bertanya namanya seraya menunjukkan pohon itu. Saat kali pertama berkunjung ke Dieng satu tahun sebelumnya, saya pun mengira itu pohon pepaya biasa.

Namun dari ukuran buahnya yang jauh lebih kecil dari buah pepaya, membuat saya lanjut bertanya. Adam, teman saya orang Wonosobo pun menjelaskan perihal itu semua. Pohon itu tak lain adalah pohon Carica, indikasi geografis khas dari Dieng yang kelak diolah menjadi sajian yang manis menggugah selera.

Lantas, apa pula itu indikasi geografis? Saya tak bermaksud mengumbar ilmu pengetahuan di sini, namun itulah yang kemudian saya ketahui tentang Carica ini. Secara yuridis, indikasi geografis dijelaskan dalam pasal 56 Undang Undang Nomor 15 tahun 2001 tentang Merek dan pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2007 tentang Indikasi Geografis.

Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukan daerah asal suatu barang yang karena faktor lingkungan geografis, termasuk faktor alam, faktor  manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut. Memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan.

Nah, Carica Dieng pun terdaftar sebagai indikasi geografis di Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia, pada tanggal 20 Juli 2012 oleh Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Carica Dieng.

Dengan terdaftarnya Carica Dieng tersebut, maka secara hukum flora yang satu ini telah dilindungi oleh undang-undang. Sehingga apabila ada negara lain yang tiba-tiba mengklaimnya sebagai flora khas  mereka, dengan mudah kita bisa membuktikan itu sebagai flora khas milik kita.

Berbicara masalah Carica, selain rasanya yang manis, sejuknya perkebunan Carica di Dieng pun ternyata menjadi destinasi yang sayang bila dilewatkan. Sebagaimana sayangnya melewatkan Dieng sebagai destinasi wisata.

Apabila dulu saat kali pertama berpetualang ke Dieng saya hanya melihat perkebunan itu dari balik kaca jendela mobil yang kadang berembun, lalu melahap hasil olahannya setibanya dirumah.

Beberapa waktu yang lalu, saya dengan seksama merasakan sejuknya perkebunan itu, seraya melihat-lihat dari jarak dekat, seperti apa tanaman Carica sebelum diolah dan dijual sebagai oleh-oleh khas Dieng.

Pagi diatas pundak Dieng yang masih menyisakan titik-titik embun pun menambah rasa dingin kala itu.

Selain menikmatinya setelah diolah, ternya buah Carica yang sudah matang bisa dinikmati begitu saja sebagaimana kita memakan buah pepaya. Mulanya saya tidak percaya, namun begitulah yang saya ketahui saat berkunjung ke Kawah Sikidang.

Di jalan masuk menuju kawah, ada pasar kecil yang menjual aneka rupa makanan dan hasil bumi tanah Dieng, tak terkecuali buah Carica.

Saat itu, saya dan Anis, Adam, dan Dian, berkeliling pasar setelah menelusuri Kawah Sikidang. Saya langsung menghampiri ibu-ibu yang menjajakan buah Carica yang tampak masih segar. Ibu itu berujar bahwa buah Carica itu bisa dinikmati begitu saja.

Saya hanya terpaku, begitu pula dengan Anis dan Dian, kecuali Adam yang memang asli orang sana. Lalu kami pun kembali berkeliling menyeruak diantara ramainya wisatawan yang datang siang itu. Banyak yang mencari keunikan lain dari Dieng yang tumpah di pasar itu.

Sebelum akhirnya memutuskan membeli beberapa kemasan Carica yang telah diolah pada sebuah toko oleh-oleh di pinggiran Wonsosobo. Dieng memang luar biasa ternyata. Salam traveler!

Sumber : http://travel.detik.com

0 komentar:

Posting Komentar