detikTravel Community - Apabila
Anda liburan ke Dieng kali ini, wajib coba buah carica. Buah khas
Dieng ini bisa Anda makan langsung atau dibeli untuk oleh-oleh. Rasanya
bikin nagih!
Sekilas, tak ada yang istimewa dari tanaman yang
berjejer disepanjang tepian jalan yang kita lewati saat berwisata di
Dieng, sebuah dataran tinggi yang wilayahnya masuk dua kabupaten
sekaligus, yakni kabupaten Banjarnegara dan Wonsosobo, sama-sama di Jawa
Tengah.
Pohon pepaya, mungkin itulah jawaban yang langsung kita
utarakan bila ada orang yang bertanya namanya seraya menunjukkan pohon
itu. Saat kali pertama berkunjung ke Dieng satu tahun sebelumnya, saya
pun mengira itu pohon pepaya biasa.
Namun dari ukuran buahnya
yang jauh lebih kecil dari buah pepaya, membuat saya lanjut bertanya.
Adam, teman saya orang Wonosobo pun menjelaskan perihal itu semua. Pohon
itu tak lain adalah pohon Carica, indikasi geografis khas dari Dieng
yang kelak diolah menjadi sajian yang manis menggugah selera.
Lantas,
apa pula itu indikasi geografis? Saya tak bermaksud mengumbar ilmu
pengetahuan di sini, namun itulah yang kemudian saya ketahui tentang
Carica ini. Secara yuridis, indikasi geografis dijelaskan dalam pasal 56
Undang Undang Nomor 15 tahun 2001 tentang Merek dan pasal 1 Peraturan
Pemerintah Nomor 51 tahun 2007 tentang Indikasi Geografis.
Indikasi
Geografis adalah suatu tanda yang menunjukan daerah asal suatu barang
yang karena faktor lingkungan geografis, termasuk faktor alam, faktor
manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut. Memberikan ciri dan
kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan.
Nah, Carica Dieng
pun terdaftar sebagai indikasi geografis di Direktorat Jendral Hak
Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia, pada
tanggal 20 Juli 2012 oleh Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis
(MPIG) Carica Dieng.
Dengan terdaftarnya Carica Dieng tersebut,
maka secara hukum flora yang satu ini telah dilindungi oleh
undang-undang. Sehingga apabila ada negara lain yang tiba-tiba
mengklaimnya sebagai flora khas mereka, dengan mudah kita bisa
membuktikan itu sebagai flora khas milik kita.
Berbicara masalah
Carica, selain rasanya yang manis, sejuknya perkebunan Carica di Dieng
pun ternyata menjadi destinasi yang sayang bila dilewatkan. Sebagaimana
sayangnya melewatkan Dieng sebagai destinasi wisata.
Apabila dulu
saat kali pertama berpetualang ke Dieng saya hanya melihat perkebunan
itu dari balik kaca jendela mobil yang kadang berembun, lalu melahap
hasil olahannya setibanya dirumah.
Beberapa waktu yang lalu, saya
dengan seksama merasakan sejuknya perkebunan itu, seraya melihat-lihat
dari jarak dekat, seperti apa tanaman Carica sebelum diolah dan dijual
sebagai oleh-oleh khas Dieng.
Pagi diatas pundak Dieng yang masih menyisakan titik-titik embun pun menambah rasa dingin kala itu.
Selain
menikmatinya setelah diolah, ternya buah Carica yang sudah matang bisa
dinikmati begitu saja sebagaimana kita memakan buah pepaya. Mulanya saya
tidak percaya, namun begitulah yang saya ketahui saat berkunjung ke
Kawah Sikidang.
Di jalan masuk menuju kawah, ada pasar kecil yang
menjual aneka rupa makanan dan hasil bumi tanah Dieng, tak terkecuali
buah Carica.
Saat itu, saya dan Anis, Adam, dan Dian, berkeliling
pasar setelah menelusuri Kawah Sikidang. Saya langsung menghampiri
ibu-ibu yang menjajakan buah Carica yang tampak masih segar. Ibu itu
berujar bahwa buah Carica itu bisa dinikmati begitu saja.
Saya
hanya terpaku, begitu pula dengan Anis dan Dian, kecuali Adam yang
memang asli orang sana. Lalu kami pun kembali berkeliling menyeruak
diantara ramainya wisatawan yang datang siang itu. Banyak yang mencari
keunikan lain dari Dieng yang tumpah di pasar itu.
Sebelum
akhirnya memutuskan membeli beberapa kemasan Carica yang telah diolah
pada sebuah toko oleh-oleh di pinggiran Wonsosobo. Dieng memang luar
biasa ternyata. Salam traveler!
Sumber : http://travel.detik.com
0 komentar:
Posting Komentar